/ INDONESIAN / WORK

Agama di Dunia IT Apakah Perlu?

Istilah “agama” (teknologi) disini sebenarnya definisi bos saya ketika acara “Career Talk” di salah satu universitas swasta di Malaysia, dan ada audience yang bertanya kenapa perusahaan kami lebih memilih teknologi Microsoft (ASP.NET) ketimbang menggunakan teknologi open source seperti PHP.

Lalu Bos saya bilang bahwa situasi ini beliau namakan sebagai “Issue Agama”, yaitu jika seseorang lebih memilih teknologi tertentu dan menutup mata dengan perkembangan teknologi lain.

Oke, sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa apapun yang tertulis disini merupakan pendapat saya pribadi dan merupakan prinsip yang saya pegang saat ini. Mungkin banyak diantara pembaca yang tidak setuju dengan apa yang tertulis disini :D

Sejarah (Pribadi)

Tahun 2008, tepatnya mulai bulan Maret merupakan titik bersejarah dalam perkembangan karir saya, karena saat itu lah saya memutuskan untuk menjadi “Linuxer” :D. Yup, idealisme saya sedang berada di puncak-puncaknya dan saya mengambil keputusan bahwa saya ingin mengubah diri saya dan karir saya ke dunia open source dan menggunakan GNU/Linux sebagai produk yang saya tawarkan.

Saya pun mulai “memilih-milih” jenis pekerjaan yang ada kaitannya dengan dunia open source sejak saat itu. Termasuk belajar menggunakan teknologi Java karena saya memerlukan teknologi yang berjalan lintas platform. Karena tujuannya pada saat itu adalah walaupun pengembangannya menggunakan teknologi open source (GNU/Linux), tetapi hasilnya bisa berjalan di semua platform termasuk platform yang bukan open source (Windows).

Right Tool for Right Purpose

Saya teringat satu sesi kuliah dengan dosen saya di kampus, beliau berbicara mengenai kenapa kita lebih memilih menggunakan microcontroller daripada menggunakan alat yang lebih familiar seperti PC misalnya untuk mengendalikan suatu alat yang tugasnya spesifik.

Beliau menganalogikan hal ini dengan ungkapan bahwa menggunakan PC untuk tujuan tersebut sama dengan “membunuh nyamuk dengan bom”. Point dari pengalaman ini yang tertanam dalam benak saya adalah “kita memerlukan teknologi yang tepat untuk tujuan yang tepat”.

More Money Save Time

Paragraf ini mungkin sedikit komersil :p jika anda tidak suka dengan judul tersebut, pembahasan dalam paragraf ini sebenarnya serupa dengan “Work Smarter not Work Harder”. Waktu merupakan sesuatu yang tidak bisa anda ulang, setiap individu memiliki “jatah” waktu di dunia dan harus memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Saya pernah berada dalam satu titik dimana saya bekerja di kantor 8 jam (Senin sampai Sabtu), ditambah pekerjaan sampingan yang saya kerjakan dari jam 7 sampai jam 2 malam hampir setiap hari dan masih harus membagi waktu bersama istri dan dua anak saya :D

Awalnya saya cukup puas dengan situasi ini, karena pertama saya tetap bekerja di dunia open source (sesuai minat saya) dan jabatan saya di kantor sudah masuk di posisi managerial sehingga saya bisa menentukan teknologi apa yang mau saya pasang di perusahaan sesuai dengan minat saya. Tetapi kekurangannya adalah dari sisi penghasilan :D pekerjaan ini memerlukan saya memiliki pekerjaan sampingan untuk mendukung kebutuhan hidup keluarga.

Saya kemudian berpikir “seandainya penghasilan saya dua kali lipat penghasilan sekarang, artinya dalam jam kerja yang sama, saya menghemat waktu 1/2 dari waktu saya sekarang”. Artinya begini, jika penghasilan anda misalnya 5 juta rupiah per bulan, dalam waktu 1 tahun anda menghasilkan 60 juta rupiah. Tetapi jika penghasilan anda 10 juta rupiah per bulan, maka waktu yang anda perlukan untuk menghasilkan 60 juta rupiah adalah 1/2 tahun (6 bulan).

Work Smarter bagi saya adalah “dengan usaha yang sama anda bisa menghasilkan penghasilan lebih banyak”, tentunya dengan syarat penghasilan yang halal :D.

Dunia Industri Tidak Memihak

Pengalaman saya masuk ke dunia industri (baca: dari programmer jalanan ke perusahaan), seringnya sih bukan kita yang menentukan pilihan, biasanya senior (orang-orang terdahulu) atau client. Apapun bekal yang sudah kita miliki, kita akan kembali belajar ketika pertama kali bergabung dengan perusahaan baru.

Di dunia ini, kita yang diseret arus, harus cepat beradaptasi. Menguasai lebih banyak teknologi artinya membuka lebih banyak kesempatan bagi kita untuk memilih jenis pekerjaan yang kita inginkan. Client kita itu belum tentu end-user, bisa jadi perusahaan lain yang memerlukan skill sets yang kita miliki dan mereka lah yang menentukan spesifikasi untuk client mereka. Belum tentu mereka akan cocok dengan solusi yang kita tawarkan jika kita hanya menguasai satu teknologi.

Kesimpulan

Pendapat saya jika kita menyukai teknologi maka kita akan terbuka untuk mempelajari semua teknologi baru. Fatanisme (agama) terhadap salah satu teknologi menurut saya sih tidak perlu! Karena bagi kelompok pekerja seperti saya, hal tersebut sama dengan menutup kesempatan yang mungkin lebih besar dari yang pernah dicapai :D

Saya berasal dari dunia open source, tetapi tetap senang belajar teknologi non open source karena saya memiliki akses untuk mempelajari hal tersebut dengan legal dari perusahaan. Lihat bedanya, jika saya mencibir terlebih dahulu dengan membenci produk non-open source, maka saya tidak memiliki kesempatan belajar produk tersebut yang mungkin tidak bisa kita peroleh secara “legal” :D