/ INDONESIAN / LIFE

Out of Limitations Comes Creativity

Anda pasti tahu quote ini: “But out of limitations comes creativity.” — Debbie Allen dan saya akan mengambil quote tersebut dengan menghilangkan kata “But”-nya menjadi “Out of Limitations, Comes Creativity”.

Percaya atau tidak, kita akan menjadi lebih kreatif di dalam keterbatasan.

Masa kecil saya di daerah (tanah Sunda), jauh sebelum permainan modern dan gadget-gadget keren diciptakan. Setiap sore (sepulang sekolah) kami biasanya berkumpul bersama dengan teman-teman untuk bermain bola dan beberapa permaenan daerah kami: “Babancakan, Bebentengan, Gatrik, Ucing Lumpat, dsb”.

Mainan favorit saya semasa kecil adalah “Pepeletokan”, semacam senapan bambu yang menggunakan peluru yang terbuat dari kertas koran yang dibasahi dengan air, jauh sebelum era permainan “Paint Ball” atau “Skirmish”. Jika anda penasaran mengenai apa itu “Pepeletokan” anda bisa menemukan keterangannya di blog ini.

Untuk mendapatkan permainan tersebut ada dua cara, cara pertama adalah dengan membelinya :D biasanya tukang jualannya nongkrong di depan sekolah kami pada musim-musim tertentu. Sedangkan cara kedua adalah dengan membuatnya sendiri.

Tentu saja cara pertama adalah cara yang paling mudah jika anda dibekali dengan uang jajan yang banyak semasa sekolah, tetapi bagi saya yang pada masa itu hanya diberi uang jajan sebanyak Rp. 100,- / hari (dan biasanya saya gunakan untuk membeli es mambo ketika jam istirahat kedua), tentu saja cara pertama tidak memungkinkan.

Saya biasanya berkumpul bersama dengan teman-teman yang memiliki nasib serupa :p. Kami bukan berasal dari keluarga yang mampu dan inilah hal yang membuat kita “nyambung”. Karena ketika kami bergaul dengan teman-teman kami yang berasal dari keluarga yang mampu, namanya anak kecil, selalu saja ada yang dipamerkan :D Nintendo, bahkan RCTI (saat itu stasiun TV swasta baru masuk dan untuk menonton televisi swasta pertama tersebut, diperlukan antena khusus yang kebanyakan TV di zaman kami tidak perlu dipasang antena external). Tentu bagi kami tidak ada cara lain jika menginginkan permainan tersebut, maka kami harus membuatnya sendiri.

Hingga pada suatu hari, kami bertiga berkumpul selepas sekolah, dan pergi ke salah satu tempat pemakaman di daerah kami (karena biasanya pohon bambu tumbuh di sekitar makam :D) untuk mendapatkan bambu yang cukup untuk membuat senapan kami. Setelah kami memperoleh bambu tersebut, kami meminjam peralatan tukang kayu di daerah kami, merancang dan membuat senapan bambu sesuai dengan selera kami.

Keesokan harinya kami membawa senapan tersebut ke sekolah dan memainkan permainan ini ketika jam sekolah usai, tentu saja kawan-kawan kami bertanya darimana kami mendapatkan senapan-senapan kami yang model dan bentuknya lebih baik dari pada yang mereka beli.

Dari kejadian ini kami mengambil hikmah bahwa dalam keterbatasan, orang menjadi lebih kreatif. Pemicu bagi kami sangat sederhana, kami hanya ingin mainan yang setiap anak laki-laki disekitar kami punya pada saat itu, dan orang tua kami tidak memberikan kami uang untuk membelinya. Tetapi dengan usaha kami sendiri, kami bisa membuatnya bahkan lebih baik dan unik (karena berbeda dengan yang dijual) :D.

Dalam dunia kita sekarang, banyak hal serupa dan kejadian semacam ini selalu ada dan terkadang kemampuan (kreatifitas) kita diperlukan banyak dalam dunia kerja. Misalnya ketika kita membuat sebuah aplikasi dan membutuhkan suatu komponen yang tidak tersedia di luar, atau terlalu mahal untuk dibeli, kita dituntut kreatif untuk membuatnya sendiri …

Keterbatasan (limitation) yang paling jelas adalah “biaya” :D Dalam pengalaman saya, sering kali saya menjadi lebih kreatif karena tersangkut masalah “biaya”. Bagaimana dengan anda?