Hidup di Kuala Lumpur
Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman untuk rekan-rekan di tanah air yang mencari tahu bagaimana rasanya hidup di Kuala Lumpur dan bagaimana perbandingan biaya hidupnya dengan biaya hidup di kota tempat tinggal saya sebelumnya, yaitu Jakarta.
Tidak terasa sudah dua minggu saya berada di Kuala Lumpur (KL), memulai profesi baru saya sebagai “tukang koding” di salah satu perusahaan IT multi-nasional Malaysia. Walaupun basis teknologi yang digunakan di perusahaan ini bertolak belakang dengan latar belakang saya, tetapi rasa penasaran untuk mencoba dan keinginan belajar saya lebih kuat, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menolak penawaran pekerjaan dari perusahaan lainnya disaat yang sama.
Keputusan yang saya ambil kemarin sangat sulit, terutama perusahaan lainnya yang menawari saya pekerjaan pada saat itu merupakan perusahaan IT Australia yang bergerak di bidang telekomunikasi dengan wilayah pemasaran Asia-Pasifik. Walaupun basis pekerjaannya masih di Indonesia, tetapi sesekali jika dibutuhkan, kita harus bersedia terbang ke Singapore untuk dinas dengan fasilitas yang sangat menggiurkan.
Setelah berembug dengan keluarga dan memohon petunjuk Allah SWT, keteguhan hati tertuju pada perusahaan di KL tersebut dengan pertimbangan terbesar saya adalah: Dengan mengambil pekerjaan ini, seandainya saya mampu, maka portfolio saya akan bertambah banyak, karena belajar lagi teknologi baru yang sebelumnya belum serius saya tekuni. Ditambah lagi, saya pribadi merasa perlu menambah pengalaman saya dalam hidup untuk tinggal dan bekerja di luar negeri.
Sebenarnya biaya hidup di KL tidak terlalu berbeda jauh dengan Jakarta. Harga barang lokal cenderung sama dengan barang-barang di Jakarta (tetapi daya beli masyarakatnya lebih tinggi). Tentu saja untuk barang import, harganya akan menjadi lebih mahal.
Sarana transportasi publik di KL sangat nyaman. Saya tinggal di kondo yang disediakan perusahaan, namun agak jauh dari kantor, tetapi keuntungannya adalah dekat dengan stasiun LRT. Menurut saya, tidak masalah anda tinggal di KL sebelah manapun asalkan dekat dengan stasiun train (kereta disini artinya mobil). Perjalanan dari stasiun dekat rumah kantor saya hanya ditempuh kurang dari setengah jam (rumahkantor = 8 stasiun pemberhentian).
Untuk biaya perjalanan, saya membeli kartu berlangganan (MyRapid Card) karena saya pikir total pengeluarannya akan menjadi lebih murah. Dengan 100 RM perbulan, saya bisa berpergian kemana saja dengan menggunakan LRT, Monorail dan Bis yang tergabung di jaringan operasi RapidKL. Jika menggunakan tiket/koin, perjalanan saya dari rumah ke kantor memerlukan 2 RM sekali jalan.
Saya lebih suka makan di warung tenda atau ada juga warung mamak, rata-rata saya makan paling mahal 8 RM (sekitar Rp. 24.000,- sekali makan plus minum). Biasanya sih kurang dari itu. Sebagai contoh jika saya pesan untuk dibungkus Nasi Ayam Kukus, harganya cuma 5 RM (sekitar Rp. 15.000,- tanpa minum).
Untuk operator telepon selular, saya menggunakan DiGi. Kartu perdananya yang saya beli agak mahal dibanding dengan membeli kartu perdana di Indonesia. Paket data bulanan untuk 600 MB harganya 30 RM (sekitar Rp. 90.000,-). Tetapi untungnya di kantor dan di rumah sudah tersedia hotspot sehingga 600 MB pun bagi saya terlalu banyak ^_^
Untuk bekal pertama tinggal di KL, jika anda bisa berhemat, anda cukup menyiapkan uang sekitar 1.000–1.500 RM. Standard gaji di sini jelas lebih tinggi daripada di Jakarta, namun jika anda berminat bekerja disini, pastikan tempat tinggal anda sudah merupakan bagian dari fasilitas yang diberikan, karena jika anda harus sewa kamar di KL, harga sewanya sekitar 500 RM (sekitar Rp. 1,5jt) perbulan.