/ INDONESIAN / WORK

Market(ing) Driven Product Development

Halo netizen, sudah lama saya tidak menulis artikel di blog ini, dengan alasan yang sama seperti setiap kali saya ungkapkan setelah lama absen menulis, yaitu kesibukan di kantor dan peranan saya sebagai kepala rumah tangga :D.

Dalam kesempatan kali ini saya baru mengenal istilah “Market(ing) Driven Product Development (MDPD)”. Istilah ini pertama kali saya dengar dalam rapat internal kantor, dimana sebenarnya saya baru sadar kalau model business perusahaan tempat kerja saya sekarang ini adalah MDPD.

Padahal setelah memahami apa itu MDPD dan saya melihat kembali CV saya, ternyata saya sudah pernah bekerja di beberapa Perusahaan IT di Indonesia dengan model seperti ini. Tapi istilah resminya “baru tau”. :p

Dari beberapa sumber di Internet, saya menemukan beberapa definsi tentang model business ini:

Karakteristik Umum:

  1. The Primary Goal is Time-to-Market. Sebisa mungkin produk yang dikembangkan bisa memenuhi target waktu release karena pasar (market) nya sudah tersedia dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kegagalan dalam mencapai hal ini menyebabkan produk tidak bisa diserap oleh pasar.

  2. Requirements Are Invented. Kebutuhan atas penambahan fitur atau pengembangan produk selalu ada (atau di ada-ada kan :D) dan dinamis. Produk kita tidak akan pernah stabil, dalam arti mencapai bentuk 100%, karena adanya kebutuhan untuk selalu memberikan yang baru untuk end-user.

  3. Requirements Are Rarely Written. Nah lo, jangan berharap end-user akan tanda tangan dulu dokumen spesifikasi requirement karena dalam prakteknya (seperti di perusahaan kami). Requirement itu “hanya” masuk melalui komunikasi informal dalam email atau skype. Buruknya juga ketika fitur itu tidak jadi direlease, maka proses drop nya dilakukan secara informal juga >.<

Sedangkan karakteristik lainnya biasanya model ini fokus terhadap kebutuhan pasar, sehingga dihindari menambahkan fitur / perubahan yang tidak diperlukan. Kemudian dalam eksekusinya, harus memiliki mindset yang dalam bahasa kita, terlanjur basah, nyebur sekalian :D.

Kesan yang saya alami sih dalam pengembangan produknya, kita terkadang selalu ragu ketika end-user meminta fitur yang kita sendiri belum pernah buat dan kita pikir hampir mustahil. Tetapi ternyata setelah dijalankan, ternyata mungkin juga. Agile, Scrum biasanya umum digunakan dalam model ini karena deliverable nya maksimal dibuat per-dua minggu atau disesuaikan dengan skala projectnya.

Mengambil quote dari salah satu sesi interview programmer di luar negeri:

“There are two types of companies in this industry. There are marketing-driven companies that release products when it is a good time to raise money. Secondly, there are product-driven companies that release products when it is a good time to release a product”

Saya pribadi lebih menyukai model “product-driven companies”, mungkin karena masalah idealisme saya saja :p